Curug Cindulang
12:00 PM
Aku
mulai merasa bosan menghabiskan liburanku hanya dengan menonton TV, menonton
film (di rumah), main game, baca novel, tidur dan hal-hal yang membosankan
lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut akan sangat menyenangkan jika dilakukan
selama sehari sampai dengan seminggu. Tetapi jika melakukannya selama kurang
lebih dua bulan, aku menyerah. Aku sudah mencapai titik terbosan. Aku ingin
refreshing.
Teman kuliahku, Mira, mengajakku untuk
pergi ke Curug Cindulang yang berada di Cicalengka. Kebetulan dia tinggal di
Cicalengka. Ya dapat kau bayangkan betapa jauhnya jarak yang harus dia tempuh
selama lima hari dalam seminggu untuk menuntut ilmu. Pulang pergi Cicalengka –
Dipati Ukur. Kurasa Cileunyi – Dipati Ukur yang memakan waktu selama satu jam
merupakan jarak yang sangat sangat sangat jauh. Tetapi tidak ada apa-apa nya
jika dibandingkan dengan jarak yang harus ditempuh temanku itu. Dapat dikatakan
diatas langit masih ada langit. Ya apalah itu, aku tidak pandai dalam
berperibahasa.
Kebetulan pada hari itu dia harus ke
bank BRI yang berada di Jatinangor untuk mengurus sesuatu. Kebetulan pula nilai
mata kuliah Pancasila dan Agama keluar pada hari itu. Jadi kami janjian di
Unpad Jatinangor untuk melihat nilai. Maksud hati agar mendapat koneksi
internet super cepat, tapi apa daya ternyata tak sesuai dengan harapan.
Singkat cerita kami sampai di Curug
Cindulang. Kira-kira memakan waktu setengah jam dari alun-alun Cicalengka. Di
jalan kami membeli lumpia basah, seblak, dan cemilan agar hemat. Ya tahu
sendiri lah mahalnya harga makanan dan minuman di tempat wisata. Harga tiket
masuknya yaitu Rp 5.000,00 per orang. Parkir motor Rp 5.000,00. Wait, what? 5000
untuk biaya parkir motor? Mahal sekali.
Terdapat banyak tangga menurun untuk
sampai di Curug. Cukup memacu adrenalin karena tangga-tangga tersebut terlihat
licin. Di kios-kios sekitar Curug terlihat muda-mudi sedang berkencan. Abaikan.
Setelah menempuh puluhan (bahkan ratusan, mungkin) anak tangga akhirnya kami
berdua sampai di pusat air terjun. Jarak kami hanya beberapa kaki dari air
terjun yang memiliki arus sangat deras. Cipratan-cipratannya membuat kami
berdua basah seperti habis kehujanan. And you know what? It feels so cold.
Brrrr… Dan kami mengambil beberapa gambar.
Oya, pelangi dapat terlihat di kaki
curug. Indah sekali. Mira bercerita tentang legenda Curug Cindulang. Konon
katanya jika kita jomblo dan ingin segera resmi jadian dengan gebetan, ajaklah
gebetan kesana. Namun sebaliknya bagi yang berpasangan. Apabila kita merasa
bosan, jenuh, kesal dengan kekasih, ajaklah kesana, konon katanya setelah
sampai di rumah pasangan tersebut akan putus. Who knows. Mungkin itu hanya
kepercayaan orang sana saja sehingga mereka tersugesti. Whatever.
Kekurangan dari tempat ini (selain
harga parkir yang mahal) adalah terdapat banyak sampah dimana-mana. Terkesan
kurang dirawat. Kesulitan menemukan tempat sampah mungkin menjadi salah satu
penyebabnya. Kebiasaan jorok pengunjung yang membuang sampah sembarangan juga
menjadi penyebab.
With Mira |
see? you can see the rainbow. Ignore the rubbish |
tangganya banyak amat bro |
0 comments